Dari dulu gw ga suka cicak. Sialnya, di rumah yang gw tempati sekarang, banyak cicak 😦 Katanya, kejatuhan cicak adalah pertanda buruk. Orang yang kejatuhan hewan kecil itu konon akan kehilangan orang terdekatnya. Makanya gw ga suka kalo banyak cicak. Fungsinya sebagai pemakan serangga misalnya nyamuk, ga cukup mempan buat gw. Paling2 juga kalah ma nyamuk kebun yang gede2 dan sadis itu.
Mungkin cuma mitos, tapi gw tetep percaya ma mitos itu. Tadi gw baca berita tentang salah satu keluarga korban karamnya Kapal Levina I mengaku kejatuhan cicak sebelum nonton berita tentang karamnya Levina. Ga lama, ternyata adiknya (atau kakaknya, gw lupa), menjadi salah satu korban. Celaka, berita ini makin membuat gw yakin.
Duluuu banget, ketika membaca berbagai serial catatan harian NH Dini (hei, gw baru tau beliau berdarah Bugis. Konon jika keras kepalanya muncul, ibunya bilang, “Nah, darah Bugisnya muncul” hahaha…gw banget. Halah, keras kepala kok bangga :p), diceritakan juga NH Dini pernah kejatuhan cicak tepat di atas kepalanya sebelum ayahnya meninggal.
Penulis favorit gw, Pramoedya juga pernah mengalami hal itu dan diceritakan di salah satu bukunya (kalo ga salah di kumpulan cerpennya). Pramoedya juga kejatuhan cicak di kepalanya, sebelumnya ayahnya meninggal.
Coba, apa saya ga makin yakin dengan mitos itu? Lalu, Desember lalu, ketika tante gw sakit, gw juga kejatuhan cicak. Dan beberapa hari setelahnya, tante gw meninggal. Ya, mungkin memang cuma mitos. Rezeki, umur, jodoh, semuanya di tangan Allah. Tapi, gw juga yakin, Allah memberikan petunjuk akan rahasianya, yang disebut firasat oleh manusia. Firasat yang dialami beberapa orang, lalu menjadi mitos. Mungkiiiin lho yaaa…