Kedua

Anak biasanya adalah fotocopyan orangtuanya. Children see, children do, kalo kata orang bule. Kalimat itu udah saya hapal luar kepala bahkan sebelum punya anak. Jadinya, kami selalu waspada dalam berkata atau bertindak di depan anak. Obrolan dewasa, gosip, obrolan pertengkaran, tidak dilakukan di depan anak. Kalo pun terpaksa, pake bisik2 atau bahasa isyarat yang tak terlihat anak.
Tontonan televisi, tidak kami beri. Kecuali jaman promosi stasiun televisi dunia anak sebelum diakuisisi sama transvision. Karena waktu itu isi tayangannya hanya belajar nyanyi, baca, ngaji, ngitung. Sekarang udah jarang, paling nonton si bolang. Chanel piliham lain paling national geografi atau tv quran yang tayangannya hanya ngaji dan salat di depan kabah. Tapi sebesar apapun usaha kami membatasi Puan untuk hanya mengcopypaste yang baik-baik saja, pastilah ada yang luput.
Perkembangan Puan dari usia setahun ke dua tahun, bagi saya sungguh luar biasa. Tak banyak kata yang bisa mewakili kekaguman saya. Sungguh, Allah Maha Besar. Ah, sudahlah, itu aja kesimpulannya.
Puan terhitung agak lambat bisa berjalan. Baru pada usia 15 bulan. Itu pun tertatih, selangkah demi selangkah dan masih lebih banyak sambil dipegang satu tangan. Sementara anak seusianya, bahkan di bawahnya, udah bikin emaknya ngos-ngosan ngejar2.
Tapi, Puan berbicara lebih cepat menurut saya jika dibandingkan dengan teman-teman seumurannya. Sebelum genap setahun, dia sudah bisa memanggil “Ayah” dan bolak balik nanya “Inyi apa, itu apa.” Suatu pagi di usianya yang belum sampai 18 bulan, dia tiba2 ngoceh di tempat tidur, “Puam mau mam bowa2 ubi.” Uh, itu kejutan besaaaaar banget karena tiba2 dia sudah bisa merangkai kalimat. Bukan lagi satu atau dua kata seperti disebutin dalam denver chart.
Tiba-tiba rasanya saya terlempar ke kenangan saat usia Puan masih hitungan pekan yang hanya bisa au au auuuu, kini dia berkata-kata. Allah sungguh Maha Besar!
Di usia sebelum 18 bulan itu juga, Puan mulai mengikuti semua omongan kami. Difotocopy sesuai aslinya, meski kadang2 belum sempurna pengucapannya. Dia bahkan bisa membuat kalimat perintah. Misalnya, “Tutup pintu kamar mandi, Ayah,” saat melihat ayahnya lupa menutup pintu saat keluar dari kamar kecil. Hahaha, ini ajaran emaknya.
Saat mendekati angka dua tahun usianya, saya semakin hari semakin banyak ternganga2 melihat perkembangan bahasanya. Dia bahkan sudah bisa menghapalkan angka 1 sampai 10 tanpa pernah saya ajari khusus. Mungkin hasil mendengar saya menghitung apapun, misalnya saat ngangkat pakean dari dalam mesin cuci, untuk dicocokkan dengan jumlah penjepit jemuran. Hari pertama, dia menghitung sampai 5. Hari kedua, sampai 7. Hari berikutnya, sampai 10. Dan makin lama makin cepat pengucapannya, bahkan hingga sebelas, diikuti dengan kata-kata “belas, belas.”
Tapi, suatu pagi, pada usia ke 17 bulan, saya sungguh kaget dengan fotocopy satu ini; Puan menirukan kami ngupil. 😐
Saat mengenakan baju sehabis mandi, tiba-tiba Puan menghentikan tangan saya dan bilang, “Liat bu, liat.” Telunjuk mungilnya dimasukkan ke lubang hidung lalu jarinya dijentikkan seperti membuang…upil, sambil bilang, “Nih…,” ke arah saya. OMG, antara pengen nangis sekaligus ketawa :((
Lalu, hari-hari setelah itu, Puan sesekali menonton stasiun tv JimJam. Dan lagunya berubah: Monkey See, Monkey Do.
Hah, itu nampar ibu, Nak!

Selamat ulang tahun, Puan. Terima kasih atas pelajaran yang kamu berikan pada kami berdua. Selalulah gembira. Semoga hidupmu bermanfaat bagi semua mahluk, Aaaamiiin.

2 thoughts on “Kedua

  1. ipied berkata:

    hihihi… Aga juga belum bisa jalan mbak, usianya sudah 14 bulan, masih titah tangan 1. yg lepas tangan masih baru bisa selangkah-2 langkah saja. Ngomong pun juga belum bisa, cuma giginya sudah tumbuh 7 dan suka sekali makan. 😆 hahahaha

  2. […] berjalan begitu cepat. Hari ini Puan berusia tiga tahun. Tahun lalu, cerita ulang tahunnya berisi kejutan2, tahun ini pun sama. “Bakat copy paste” Puan […]

Tinggalkan komentar