gita

sebelum nemenin ponakan jalan2, makan2 dan belanja2 (dohhh!!!) kemarin, saya mengunjungi Gita. ia bagian terbesar kemenangan saya waktu itu. saya berharap bisa bertemu dia. tapi ternyata begitu sampai di rumahnya, ia tak ada. kata kakaknya, kini Gita lebih banyak berada di rumah kakaknya yang lain, bukan di rumah orangtuanya, tempat yang saya datangi.

tak banyak yang berubah di rumah ini sejak kunjungan saya empat atau lima bulan lalu. ruang tamu merangkap ruang keluarga, dan entah ruang apalagi tetap seperti itu. tak ada satupun perabot di dalamnya. yang berubah hanya cat rumahnya yang kini berwarna kuning dan mampu menutupi bekas lapuk pada dinding papan itu. anak tangga pertama juga dilapisi semen, mungkin untuk menguatkan pijakan kayu yang juga telah lapuk.

yang tak berubah adalah Gita. kata kakaknya, ia tetap tak sekolah. ia malu kembali ke sekolah yang sama karena tetap saja ia belum mampu membayar uang sekolahnya. kalo pun mampu bayar, ia malu kembali ke sekolah itu. ia ingin sekolah di SMK agar bisa langsung bekerja setelahnya. apa daya, ia tak punya biaya.

saya sedih, sangat sedih. saya pikir saya telah berbuat sesuatu. ternyata belum. saya udah dua kali bertemu gurunya setelah waktu itu. tapi tak banyak membantu. Gita malu kembali ke sekolah. ia malu dengan kemiskinannya hingga tak mampu sekolah lagi. nun jauh di pusat sana, para pencuri uang rakyat itu, tak pernah mengenal malu. bahkan dengan bangga mereka melambai2kan tangan di depan kamera saat menjalani pemeriksaan KPK.

tolong…

banyak hal yang terjadi yang tak kau ketahui, sayangku. dan semua kejadian-kejadian itu membuatku takut. aku takut tak kuasa menolak kabar yang datang. aku takut tak kuasa menolak cengkraman tatap mata itu. aku nggak tau sampai kapan aku kuat bertahan. aku nggak tau seberapa jauh akan bisa menghadapi mereka. jadi tolong, jaga rasaku untuk tetap terpaut padamu. jaga hatiku untuk tetap merindu padamu. bantu aku. jangan menjauh. aku butuh kamu.

repost *)

kau ingin tau mengapa aku enggan memainkan biola itu untukmu, my love?
karena bunyinya menyakitkan,
menyayat dan membelah kita jadi dua
padahal di mimpiku
kau dan aku adalah satu
tak boleh tersayat jadi dua

kau ingin tau mengapa biola itu kumainkan untukku sendiri?
karena dengan bunyinya,
ingin kubelah diriku jadi dua
satu bagian terbang menemanimu di sana
satu bagian tetap di sini,
menuntaskan senandung cinta berbalur rindu ini…

*sengaja diposting ulang karena gw kangen kangen kangen main biola*

salah bunda

kemarin, lupa tepatnya hari apa, saya makan di mall. makan siang, karena lagi ga puasa. di sana saya bertemu temen lama, dari perusahaan tetangga. dia datang bersama istri, mertua dan dua anaknya. satunya anak laki-laki umur sekitar 4 atau 5 tahun, entahlah. satunya lagi masih beberapa bulan, masih dalam gendongan. si temen saya tentu saja ga makan. dia kan ga haid.

abis cipika cipiki sama istrinya, saya beralih ngengguin anak pertamanya. kalo ga salah namanya farrel. meja kami deketan. saya nanya ke farrel, “kok ga puasa?” kata ibunya, iya nih, puasanya baru tiga. sisanya puasa stengah hari. saya terus ngegodain dia sampai makanan kami datang.

saya perhatikan si farrel makan sambil termenung2. lalu dia tanya ke ibunya, “Bunda kan yang ngajak farrel ke sini? tadinya farrel nggak mau kan? tapi bunda yang ngajak makan kan?”
Gubraks!!! saya langsung ketawa ngakak. wajah ibunya memerah. sambil senyum2 ga enak, ibunya bilang, “iya, bunda yang ngajak. farrel kan masih kecil, belum bisa puasa”.

masih nyengir [dan saya tetap ngakak] ibunya bilang ke saya, “duh, tante…untung kulit bundanya agak item jadi ga keliatan sama anaknya kalo wajah bunda memerah”. dan saya makin ngakak tanpa perasaan.

*lama juga ga nulis di blog [sibuk ngeplurk]. kayaknya kaku banget deh*

musim air mata

setiap musim air mata tiba
ada bunyi kress…kress…kress
seperti irisan gulungan daun tembakau
ada bunyi trikk…trikk…trikk
seperti api yang membakar arang
pedih teriris
perih terbakar
seperti musim tak kunjung berakhir

ah, kau perempuan
kenapa musim ini kau pelihara?

setelah

selalu ada kemudahan setelah kesulitan.
saya tau. tapi tak pernah benar2 meyakininya. atau lebih tepatnya, meski tau, saya tetap panik saat dilanda kesulitan dan tak pernah ingat bahwa setelah kesulitan itu berlalu, akan datang kemudahan-kemudahan.

begitulah. setelah bulan lalu saya tak henti dilanda begitu banyak kesulitan dan kesedihan berlarut-larut, banyak kemudahan menghampiri pada bulan ini. hal-hal yang cukup besar menurut saya, antara lain, yang awalnya diminta untuk menunda cuti lebaran akhirnya dikasih. dan tiket pesawat pun tidak sulit saya dapatkan saat orang lain justru kesulitan.

yang lainnya, setelah bulan lalu saya diminta membatalkan tiket keberangkatan karena dianggap terlalu sering bepergian, bulan ini sebaliknya. saat saya menyerahkan undangan keberangkatan plus tiket ke orang lain, justru saya yang diminta berangkat. saya sempat berpikir, ini semata- mata karena moodnya boss lagi baik atau…? hushh…mikirnya selalu negatif!

lalu yang lain, yang paling menggembirakan, setelah bulan lalu saya terancam dan merasa sama sekali tidak dianggap ada, bulan ini saya meraih kemenangan besar. ya, ini besar buat saya karena berhasil meraih posisi pertama, padahal saingannya media2 nasional yang udah terbiasa dengan tulisan panjang dan mendalam. se Indonesia pula. Alhamdulillah.

terima kasih sayangku, karena kamu selalu ada di saat2 tersulit saya!

nama

Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat buat bang Pii dan mbak Tika yang baru dikaruniai momongan Rabu kemarin. Waktu dikabarin, saya nanya, dinamain siapa putranya?

Lalu saya ingat obrolan minggu lalu di kantin saat ngobrol dengan anak-anak yang magang di kantor. Kami ngobrolin nama-nama anak zaman sekarang. Salah satu anaknya temen kantor dinamain Senandung Kidung Pelangi. Keren kan? Mirip nama blog ini, tapi baru saya sadari belakangan, hehehe. Lalu anak2 magang itu cerita, mereka juga punya temen dengan nama unik.

Nama temannya: Patuhi Hak Kewajiban, dengan nama panggilan Takwa, singkatan nama lengkapnya. Kami yang mendengarnya terperangah dan membayangkan seperti apa ayah yang memberinya nama itu. “Pasti nasionalis, disiplin, dan sebagainya,” begitu komentar kami. Lalu nama adiknya si Takwa: Jujur…blablabla, lupa! Yah, pokoknya rada mirip Takwa juga, kalimat pesan-pesan agar berbuat baik.

Dengan kurang ajarnya saya membayangkan nama-nama lain misalnya Jagalah Kebersihan, Buanglah Sampah pada Tempatnya, upss…, maap maap!

*ga tau mo nulis apa sebenernya, ga bisa mikir, padahal udah buka puasa*