perempuan

Apa yang bisa saya ceritakan tentang hari-nya para perempuan Indonesia hari ini? Melupakan himpitan hidup mbak2 penjual jamu gendong dengan menghadirkan profil para perempuan manajer? Mengabaikan perjuangan kaum buruh perempuan dengan mengeksplorasi berita tentang parfum dan panggung para selebriti yang memperingati hari Kartini?

Ah, terlalu biasa. Saya ingin membagi cerita dari kawan saya, si anak Papua itu. Ketika seluruh perempuan dunia yang mengaku berpikir maju, lantang meneriakkan tentang pemberdayaan perempuan, sekelompok masyarakat di ujung timur negeri ini, sama sekali tak tersentuh. Mungkin daerah yang lebih dekat dengan pusat kekuasaan juga masih banyak yang mengalami ketertinggalan seperti warga Papua, tapi mungkin tak separah di sana, setidaknya menurut kawan saya itu.

Cerita kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan terhadap perempuan, sudah menjadi ciri beberapa kelompok masyakarat adat di sana. Misalnya di masyarakat suku Amungme. Jika seorang suami tidak menyukai sikap istrinya, misalnya merasa dihalang2i untuk gaul atau seneng2, maka justru saudara2 si istri menjadi pembela si suami. Mereka akan mengatakan: “Ipar masih banyak ladang yang laen bukan satu itu saja. Kita kasih kamu satu lagi ini, trus tinggalin aja yang lama”. Intinya, kalo istrinya ngelarang2, sodara2 istrinya ngasih perempuan satu lagi buat si suami. Dodol banget yak? Tapi kalo si suami yang mengusulkan perempuan lain untuk dijadiin istri keduanya, maka dia wajib membayar denda kepada keluarga istrinya.

Adat lain, ada lagi. Mas kawin boleh nyicil! Itu brarti, mereka boleh kumpul kebo dulu sampe punya banyak anak, baru nikah resmi. Asal ngasih DP dulu buat mas kawin. Alamak! Si temen gw ini punya temen kayak gitu. Udah punya dua anak baru mulai nyicil mas kawin.

Ada satu lagi, pengalaman temennya kawan gw. Sebut saja A. Si A udah beristri. Tapi suatu hari dia kenal perempuan lain, mereka menjadi deket, sampe akhirnya perempuan itu bunting. Maka dipanggillah si A menghadap bokap perempuan itu untuk dimintai uang denda karena anaknya bunting. Si A bilang, dia mo menikahi perempuan itu, tapi si bokap menolak kalo anaknya dijadiin istri kedua. Pokoknya dia mau si A bayar denda. Kalo nggak, si bapak akan menyerahkan daftar kunjungan si A ke anak perempuannya kepada istri si A. Mau ga mau, daripada bayar denda ke dua pihak, akhirnya si A membayar denda Rp 60 juta ke bokap cewek itu. OMG, masih mending kalo itu duit diserahkan ke perempuan hamil itu buat biaya anaknya nanti. Lha kalo diabisin sama bapaknya buat berjudi, minum2, dll, gimana? 😦 Dan setelah pembayaran denda, masalah dianggap selesai dan seolah2 tidak pernah terjadi apa2.

Nah, nikah adat ada lagi. Misalnya perempuan dan laki saling suka, mereka bikin perjanjian pernikahan secara adat. Jika dikemudian hari mereka ada masalah, misalnya suami ketahuan selingkuh, maka pilihannya ada dua. Bayar denda atau mati. Tapi ini berlaku untuk yang sesama suku. Tapi ada juga suku lain yang masih menyelesaikan permasalahan seperti itu dengan cara kekeluargaan, lalu bayar denda dan cerai. Tapi ujung2nya tetep sama, perempuan selalu dikorbankan, dan umumnya pelakunya adalah orang tua dan saudara mereka sendiri.
Selamat hari Kartini [telat sehari :p]

8 thoughts on “perempuan

  1. Juminten berkata:

    hmmm… kalo adatku (Padang), kira2 gimana, yah?
    kayaknya ga ada yg aneh2, deh…
    *kayaknya loh, ya! soalnya blm nanya2 jg sm ortu. :P*

    selamat menikah… eh, selamat Hari Kartini jg, mbak!
    *menghangatkan gosip yg kemarin* 😀
    hahahaha…

    *minggat yg jauh*

  2. gandhi berkata:

    @ikut gossip sama yg diatas

    pake acara adat mana mbak?

    *minggat ke kutub lagi*

  3. edratna berkata:

    Saya tak tahu apa suku Lembah Baliem adatnya masih sama seperti saat saya kesana beberapa tahun yang lalu. Tidurnya rame-rame…yang perempuan di lantai atas, dan laki-laki dilantai bawah, dengan cara melingkar, kepala pada sumbu pusatnya, Jika ada perempuan yang disenangi dan akan diajak tidur malamnya, tinggal di cowel saat makan siang…dan malamnya dia akan tidur di dekat tangga, untuk memudahkan turun naik.

    Peringatan Kartini sebenarnya adalah momentum pemberdayaan perempuan, tapi ternyata masih banyak yang dengan berpakaian nasional…..kan kalau soal berpakaian nasional, para among tamu saat ada acara mantenan kan udah pakaian adat?

  4. MenoTimika berkata:

    Emang Begitulah adanya Timika Khususnya bahkan mungkin Papua, kalo perempuan emang masih dianggap sebelah mata.

    KDRT hingga meninggal dunia banyak terjadi 😦 dan umumnya KDRT terjadi akibat si suami mabuk.

    Dan satu lagi mengapa KDRT atau kekerasannya lainnya tetap terjadi, dikarenakan masyarakat masih suka menyelesaikan masalah dengan Hukum Adat dibanding hukum positif.

    Mungkin mereka beranggapan bahwa hukum adat lebih baik daripada hukum positif karena hukum Positif kan bisa dibeli 😀

    Selamat Hari Kartini (telat 2 hari)….. dan selamat menyambut hari Kartono… kapan 🙂

  5. sapi berkata:

    @om miskan :
    kartono sudah menggagahi kartini tiap hari…jadi ga usah dikasih hari lagi kan..udah enak :p

  6. putirenobaiak berkata:

    meskipun aku cukup salut dg pemikiran2 Kartini, tapi kok sebel ya dg hari Kartini mulu?

    ah byk pahlawan wanita lain.

  7. Silly berkata:

    Ahhh, posting ini keren sekali. Saya baru tahu adat istiadat papua (timika) seperti ini. Kental sekali aroma pelecehan perempuan disana yach.

    Ada gak sich aktivis yg membela hak kaum perempuan didaerah2 seperti itu mbak?… tapi mungkin rada susah juga yach… secara, udah adat istiadatnya gitu sich… ya susah juga mo dirobah yach…

    oke, semoga tidak ada lagi perempuan indonesia yg mengalami KDRT, dan pelecehan seksual…

    salam,
    -silly-

  8. sanha berkata:

    ga ada di dunia ini yang perempuanya ga ada ceritanya, yang dimaksud di atas adalah gmana wanita ga boleh dianggap remeh ama kaum lelaki, makanya biar ga kumpul kebo, harus dilindungi pake payung adat kali ye, segala sesuatu kalo di tafsir negatif emang akan selalu negatif. Ga semuanya kali. biasa kalo sebutir nasi jaruh dalam susu sebelanga, akan apa coba mba? janganlah menuduh coba lihat diri sendiri!!!!!!cobalah jangan slalu aja negatif thinking but memberikan solusi yang bisa membantu memberdayakan ya mba, sesama wanita jangan saling mengoceh, ga masalah kalo pribadi anda ga mengalami pelecehan………..aghhhhhhhh aghhhhhhh.

    salam

    sanha kalbar

Tinggalkan Balasan ke sapi Batalkan balasan