curiga

Inspirasi mengalir deras malam ini. Setelah melihat kalimat di twitternya tifatul sembiring, saya akhirnya terinspirasi membuat puisi sebagai permintaan kado pernikahan temen saya. Awalnya saya ga mau, takut ga sesuai. Dan nilai ‘bagus’ adalah hal relatif. Saya ragu karena, gimana kalo yang saya bikin ternyata jelek dan ga sesuai selera mereka?

Tapi ah, sudahlah, serahkan pilihan ke mereka aja. Yang ingin saya ceritakan tentang inspirasi di sini, adalah inspirasi kedua yang muncul setelah membaca plurknya @memeth. Ia bertanya: pernahkah, seberapa sering objektivitas kita terhadap seseorang dipengaruhi oleh penampilannya, termasuk bajunya?

Saya agak tertohok karena inget peristiwa yang tak sampai dua jam sebelumnya. Tadi saya pulang kantor jam setengah 10 malem. Seperti biasa, saya harus menyeberangi empat lajur jalan di fly over arah Ciledug ini. Jalan mendaki (dan tentu saja menurun di seberang) membuat kendaraan melintas dengan laju tinggi. Di satu sisi sedang nge-gas, di sisi lain kendaraan melaju di turunan. Kondisi ini diperparah dengan ketiadaan lampu jalan di sana.

Saat tepat berada di pembatas jalan selebar 30 sentimeter di tengah empat lajur itu, saya harus double waspada pada kendaraan yang melintas di belakang dan di depan saya. Menunggu jalan bener2 sepi dan aman untuk menyeberang butuh waktu bermenit2 bagi saya. Karena nyali saya memang tak sebesar orang lain terutama remaja2 tanggung itu dalam hal nyeberang jalan. Makin lama nunggu, makin banyak asap terisap :p

Saat nunggu sepi, seorang bapak2 gondrong sedikit beruban tiba2 udah berdiri di samping kanan saya. Nyerocos tak jelas. Yang sempat saya tangkap samar: “kamu harus liat motor2 itu kalo mau nyeberang. Kamu harus laporin, di sini ga ada lampu jalan. Tuh, liat, gelap, bahaya di sini”.

Dalam hati, “haduh, ngomong apa orang ini. Ga merhatiin apa ya, saya udah berdiri lama banget di sini demi nunggu jalan sepi, masih aja diceramahin. Ga jelas. Ga mungkin gw nyeberang kalo liat kendaraan laju gitu.”
Dan usai mikir gitu, timbul kuatir dan curiga di hati. Tas selempang di kanan, saya pindahin ke kiri, dipegang erat. Waspada juga kemungkinan dijorokin, saya berjaga dengan menambah jarak!

Tau2 si bapak pindah ke sebelah kiri saya, ngasih kode kendaraan yang masih jauh untuk memelankan jalannya. “Ayo, nyeberang,” katanya ke saya. Dan saya pun ngikut sambil mikir, “Ya ampun, jahatnya saya curiga yang ngga2 padahal mau dibantuin nyeberang.”

Untung saya masih sempet ngucapin ‘ma kasih’. Duh, isi kepala saya bukan lagi skeptis, tapi kecurigaan yang mengarah ke suuzon dan fitnah. Saya lupa, masih banyak orang baik di Jakarta.

10 thoughts on “curiga

  1. pupusscantik berkata:

    deskripsi lokasinya mirip sama lokasi tempat saya ketabrak 😦
    memori yg ga mudah utk dibuang tapi pasti bisa dibuang. semangat!
    terus terang sekarang saya sedikit agak parno kalo suami mo pergi. tapi harus berani membuang pikiran-pikiran jelek itu demi kesehatan jiwa.
    ih kok jadi curcol (blush)

  2. Novi berkata:

    Begitulah kita, lebih sering menuduh tanpa alasan. Namun juga kita memang jangan terlalu berprasangka baik kepada orang… nice post!

  3. mercuryfalling berkata:

    Manusiawi kok, jeng…Kita juga gak bl terlalu naive.

  4. mayssari berkata:

    kadang semua memang terjadi di luar kehendak kita… tapi memang mustinya kita punya pemikiran yang baik jika ingin mendapatkan hal yang baik… H r U???

  5. clingakclinguk berkata:

    sulit untuk tidak membuat pikiran kita melakukan hal itu secara otomatis karena sudah sejak kecil kita sering diberikan gambaran bahwa orang yang berpenampilan buruk itu kelakuannya juga buruk, bgitu juga sebaliknya.

  6. kucingusil berkata:

    sulit, hidup di ibukota yang lebih kejam dari ibu tiri menuntut saya untuk waspada (baca: curiga) 😦

  7. venus berkata:

    mau gak mau, orang harus lebih ati2 sih, apalagi di jakarta. gpp sekali2 curiga daripada knp2 😀

  8. suci berkata:

    setuju sama Mbok Venus… ya untungnya masih sempet bilang makasih ke bapak itu ya… 🙂

  9. pandaya berkata:

    yang penting tetep waspada kali ya, tetap ramah tp jg jaga2 😀

  10. edratna berkata:

    Kalau di daerah sepi..gelap lagi…pasti takut kalau ada orang mendekati kita..bawaan jadi curiga, padahal belum semua berniat buruk. Saya mungkinn jjuga akan melakukan hal yang sama

Tinggalkan Balasan ke pupusscantik Batalkan balasan